Sumber: Bali Masalah Sosial Budaya Dan Modernisasi.
Frof. DR. Ida Bagus Mantra.
Hali itu terjadi akibat struktur dalam yang menjadi esensi dan pembentuk kepribadian kebudayaan ini merupakan perpaduan yang utuh antara tradisi dan agama Hindu yang berintikan nilai religi, estetika dan solidaritas. Nilai-nilai itu merupakaan suatu gambaran kalau kebudayaan Bali merefleksikan diri sebagai kebudayaan yang ekspresif.
Sedangkan dari struktur luar, yang tentunya juga dibentuk dan dijiwai olwh struktur dalam, sepanjang perjalanan sejarahnya, kebudayaan Bali senantiasa diwarnai oleh proses adaptasi dan respon yang dinamis dari masyarakat Bali terhadap perkembangan yang terjadi di lingkungannya.
Dengan demikian sruktur luar kebudayaan Bali memperlihatkan keragaman bentuk dan variasi sesuai dengan adagium desa, kala, patra (tempat, waktu, keadaan). Memang, dibanding stuktur dalam, struktur luar kebudayaan Bali lebih cepat berubah.Namun demikian pola perkembangan kebudayaan Bali tidak akan mennyimpang dari bebrapa konsep yang membangun dan melandasi strukturnya.
Konsep-konsep itu antara lain:
Dualistik (rwa bhineda)
Suatu pengakuan tentang adanya dua kategori yang secara abadi berlawanan dan senantiasa mewarnai kehidupan ini, yaitu baik dan buruk, sakral dan profan, hulu dan hilir dan seterusnya.
Keselarasan
Terutama keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan sesamanya.
Solidaritas
Yaitu penekanan pada kebersamaan dan kerjasama antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Karmapala (hukum timbal balik)
Yakni suatu pandangan dan keyakinan bahwa setiap perbuatan pasti mendatangkan hasil tertentu. Perbuatan baik membawa hasil baik, begitupun sebaliknya.
Desa-kala-patra
Konsep ini menunjukkan penerimaan terhadap kenyataan hidup bahwa dalam keseragaman ada keragaman, dalam kesatuan pasti ada perbedaan. Misalnya, meskipun di Bali ada kesamaan bahasa dan agama, namun bentuk dan isi kebudayaannya sangat kaya dengan variasi.
Beberapa contoh diatas adalah struktur kebudayaan Bali yang paling mendasar dan tentunya didukung oleh faktor-faktor penunjang lainnya seperti daya dukung sistem sosial seperti lembaga-lembaga adat semisal subak, suka-duka dan lain sebagainya.
Foto: singaraja.wordpress
Sedangkan dari struktur luar, yang tentunya juga dibentuk dan dijiwai olwh struktur dalam, sepanjang perjalanan sejarahnya, kebudayaan Bali senantiasa diwarnai oleh proses adaptasi dan respon yang dinamis dari masyarakat Bali terhadap perkembangan yang terjadi di lingkungannya.
Dengan demikian sruktur luar kebudayaan Bali memperlihatkan keragaman bentuk dan variasi sesuai dengan adagium desa, kala, patra (tempat, waktu, keadaan). Memang, dibanding stuktur dalam, struktur luar kebudayaan Bali lebih cepat berubah.Namun demikian pola perkembangan kebudayaan Bali tidak akan mennyimpang dari bebrapa konsep yang membangun dan melandasi strukturnya.
Konsep-konsep itu antara lain:
Dualistik (rwa bhineda)
Suatu pengakuan tentang adanya dua kategori yang secara abadi berlawanan dan senantiasa mewarnai kehidupan ini, yaitu baik dan buruk, sakral dan profan, hulu dan hilir dan seterusnya.
Keselarasan
Terutama keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan sesamanya.
Solidaritas
Yaitu penekanan pada kebersamaan dan kerjasama antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Karmapala (hukum timbal balik)
Yakni suatu pandangan dan keyakinan bahwa setiap perbuatan pasti mendatangkan hasil tertentu. Perbuatan baik membawa hasil baik, begitupun sebaliknya.
Desa-kala-patra
Konsep ini menunjukkan penerimaan terhadap kenyataan hidup bahwa dalam keseragaman ada keragaman, dalam kesatuan pasti ada perbedaan. Misalnya, meskipun di Bali ada kesamaan bahasa dan agama, namun bentuk dan isi kebudayaannya sangat kaya dengan variasi.
Beberapa contoh diatas adalah struktur kebudayaan Bali yang paling mendasar dan tentunya didukung oleh faktor-faktor penunjang lainnya seperti daya dukung sistem sosial seperti lembaga-lembaga adat semisal subak, suka-duka dan lain sebagainya.
Foto: singaraja.wordpress
konsep yang bagus untuk terus menjaga kelestarian dan kebudayaan di Bali
BalasHapushttp://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-pemasaran-dalam-ilmu-marketing.html